Karya: Devy Oktavia
◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊
P
|
ada zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja yang
adil dan bijaksana juga rupawan yang bernama Prabu Tapa Agung. Ia memiliki 2
orang Putri bernama Purbasari dan Purbararang. Suatu Hari sang Prabu merasa
risau karena sampai saat ini belum menemukan pewaris tahta yang tepat untuk
menggantikannya.
Sang Prabu pun berpikir untuk memanggil kedua putri
cantiknya.
Prabu : “Putri-putriku.... Purbasari...
Purbararang.... ayo kesini!” (Panggilnya dengan suara yang lantang)
Purbasari &
Purbararang : “Hormat kami Ayahanda!” (mereka datang dengan anggunnya lalu
betekuk lutut di depan Sang Prabu)
Prabu : “Bangunlah wahai
putri-putriku, (Purbasari dan Purbararang pun berdiri) hari ini Ayahanda akan menentukan
siapa yang akan menjadi pewaris tahta kerajaan ini.”
Purbararang : “Wah, siapa ayah? Cepat katakan. Hmmm pasti
aku. Karena aku anak pertama Ayah.”
Prabu : “Hih, kau ini terlalu
percaya diri. Yang lebih pantas yaitu Purbasari!”
(Purbararang
terkejut dan kecewa)
Purbasari : “Mohon ampun Ayahanda, apakah tidak
sebaiknya yang mewarisi Tahta Kerajaan adalah Kakanda Purbararang, karena Ananada
yakin ia lebih baik dari Ananda.” (dengan mimik memelas)
Indrajaya : “Mohon ampun Gusti Prabu! Benar
yang dikatakan Purbasari, Prabu. Bahwa Purbararang yang jauh lebih pantas
mewarisi Tahta Kerajaan dibandingkan Purbasari.”
Prabu : “Tidak, Purbasari lah yang
lebih pantas! Ayah percaya Purbasari bisa menjadi Teladan untuk Rakyat di sini.
Aku tidak sembarangan membuat keputusan ini, aku telah memikirkannya dengan
matang. Purbararang apakah kamu keberatan jika Purbasari yang menjadi Ratu?”
Purbararang : “Tentu
tidak Ayahanda, walaupun sebenarnya Ananda ingin menjadi ratu di istana ini,
Tetapi jika Ayahanda telah memutuskan bahwa Purbasari yang menjadi Ratu, Ananda
akan terima.”
Prabu : “Baiklah mulai sekarang
Purbasari telah menjadi Ratu di kerajaan ini.”
Prabu : “Baiklah sekarang pergilah
kalian untuk beristirahat, Purbararang terima kasih telah menerima keputusan
Ayahanda.”
Purbararang: “Iya
Ayahanda.” (berbalik dari hadapan Sang prabu dengan muka kesal)
∞
Semua anggota keluarga bubar dari tempat tadi. Kini
mereka memasuki kamar masing-masing. Purbararang masuk ke kamarnya dan menutup
pintu dengan kencang. Ia mondar-mandir di samping kamarnya.
Indrajaya : “Kau mengapa mondar-mandir terus?
Tidak pusing? Aku saja melihatnya pusing.”
Purbararang :
“Diam kau. Aku sedang berpikir keras untuk mencari cara bagaimana menyingkirkan
Purbasari.”
Indrajaya : “Kau tak usah khawatir. Aku punya
sebotol serbuk yang dapat menjadikan Purbasari buruk rupa.”
Purbararang : “Kau
pintar sekali sayangku. Jika dia buruk rupa dan menjijikan, pasi dia di usir
dari sini. Hahahahaha!”
∞
Pada malam harinya, ketika Purbasari sedang tidur
pulas di kamarnya. Indra jaya dan Purbararang masuk ke dalam kamar Purbasari
secara diam-diam.
Purbararang : “Cepatlah sedikit Kanda, taburkan semua serbuk
itu pada seluruh bagian tubuh Purbasari sialan ini!”
Indrajaya : “Siaaaap!” (Menaburkannya dengan
hati-hati)
Purbararang : “Aduh menaburkannya saja lama sekali.
Berikan padaku!”
(Indrajaya pun
memberikan serbuk itu pada Purbararang. Kini, Purbararang yang menaburkan
serbuk itu)
Purbararang : (sambil menaburkan serbuk pada tubuh
Purbasari) “Hahaahaha rasakan kau Purbasari! Kau akan menjadi buruk rupa dan
aku akan menjadi yang paling cantik. Lalu kau akan di usir dari istana ini
sehingga otomatis aku lah yang menggantikan Ayahanda.”
(Serbuk sudah habis tertaburi pada tubuh Purbasari.
Purbararang dan Indrajaya pun keluar kamar Purbasari dengan sangat pelan-pelan)
∞
Keesokan harinya, Purbasari terbangun oleh senandung
kicau burung indah dari luar jendelanya. Ia pun berjalan ke kamar mandi untuk
mencuci muka. Pada saat ia melihat dirinya di dalam cermin.....
Purbasari : “Ya Ampun!!!! Mengapa wajahku dan
seluruh tubuhku dipenuhi bulu-bulu berwarna coklat seperti ini? Meong.” (Purbasari menutup mulutnya
dengan kedua tangannya.)
Purbasari : “Kenapa tiba-tiba aku mengeluarkan
suara kucing. Meong. Ups! Meong, meong, meong. Duh Gusti
mengapa, meong, aku, meong, tak bisa, meong, berhenti, meong,
mengeong. Meong, meong, meong.”
(Purbasari pun
berlari menemui Ayahnya.)
Purbasari :
“Ayaaaaaah! Meong... meong.... meong.....”
Prabu :
(terperanjat dari tempat duduknya) “Gusti! Siapa dirimu ini?”
Purbasari :
“Ini putrimu, Ayah. Meong...
Purbasari. Meong...”
(Sang Prabu menghampiri Purbasari sambil
mengusap bulu-bulu di wajah Purbasari)
(Sang Prabi menatap mata Purbasari.)
Prabu :
“Kau, memang benar putriku. Tapi, mengapa kau bisa seperti ini?”
(Tiba-tiba Purbararang dan Indrajaya datang)
Purbararang : “Sudah
jelas, Ayah. Ini pasti kutukan dari Tuhan atas perbuatannya. Ia telah menodai
kesucian istana kita. Kita tidak boleh membiarkannya tinggal di sini karena
akan membuat malu kerajaan kita. Dan yang pasti, kerajaan kita tidak mungkin
dipimpin oleh siluman ini.” (melirik sinis pada Purbasari kemudian mendorongnya
dengan jijik)
Indrajaya : “Betul apa yang dikatakan oleh
Purbararang, Prabu. Purbasari tak pantas tinggal di sini lagi. Dan bagaimana
kalau kutukan itu bisa menular?”
(Prabu pun terdiam untuk berpikir kemudian
mentapa Purbasari dengan sedihnya)
Prabu : “Benar juga. Maafkan
Ayahanda, Purbasari. Ayah tak tahu harus bagaimana lagi. Demi kebaikan kita
semua, kau akan diasingkan sementara di hutan.”
Purbasari : “Tidak apa Ayahanda, meong. Ananda sadar, meong, jika tetap di sini, meong tak akan baik. meong...
Ananda ikhlas, meong, bila ananda, meong, di asingkan ke hutan. Meong...“
(Purbararang tersenyum sinis)
∞
Purbasari pun di asingkan ke Hutan, di tengah Hutan
Purbasari bertemu dengan Seekor Kucing Jantan.
Kucing : “Kalau
boleh tahu, meong, apa yang terjadi, meong, dengan tubuhTuan Puteri?”
Purbasari : “Meong... Aku juga tak tahu Kucing. Meong... Ini tiba-tiba terjadi, meong, di suatu pagi, meong,
ketika aku terbangun dari tidurku, meong.”
Kucing : “Aneh sekali, meong... Pasti ini sebuah, meong, sihir, meong. Cobalah, meong,
tuan Putri bersemedi dan berdoa kepada Tuhan untuk menjadi, meong, normal kembali, meong. Selama, meong, kau, meong
bersemedi, meong. Aku akan, meong, menemani kau di sini, meong.”
Purbasari : “meong, baiklah, aku akan, meong,
mengikuti apa yang kau katakan, meong.
Semoga saja berhasil, meong.”
(purbasari pun duduk sila dan mulai bersemedi)
∞
Tak
terasa sudah tujuh hari Purbasari bersemedi. Ia terus bersemedi tanpa lelah, ia
yakin keajaiban akan datang padanya. Si Kucing Jantan pun masih setia menemani
Purbasari bersemedi. Ia terus menjaga Purbasari dari Bahaya. Tiba-tiba di depan
Purbasari ada air mengalir. Si Kucing Jantan memeriksa dan menciumi air
tersebut.
Kucing : “Meong, air apa ini? Meong...
aromanya, meong, saaaaaangat wangi.
Tak pernah, meong, aku mencium air
sewangi ini, meong. Ini pasti, meong, air keajaiban. Purbasari, meong... meong... meong...
sadarlah. Lihat air yang ada di depanmu ini.”
(Purbasari pun
tersadar dan membuka matanya)
Purbasari : “Ada apa, Kucing? Meong...”
Kucing : “Aku yakin ini air ajaib dari
Tuhan untukmu. Meong. Cobalah, meong, kau minum, meong...”
Purbasari : (tersenyum lebar) “Meong, semoga saja benar, meong.”
(Purbasari pun
meminum air itu)
(Purbasari dan
Kucing diam, menunggu ada yang berubah. Tapi tak ada yang berubah. Purbasari
masih dipenuhi bulu-bulu coklat di sekujur tubuhnya.)
Purbasari : “Mana? Tak ada perubahan. Tubuhku
masih dipenuhi bulu-bulu coklat ini. Aku sudah bersemedi selama tujuh hari tapi
tak menghasilkan apa-apa. Tuhan, apakah kau tak ingin menolongku? Apakah aku
akan selamanya seperti ini? Apak....”
Kucing : “Tunggu Tuan Putri, meong. Sepertinya, meong, ada yang berubah, meong,
darimu. Meong... caramu bicara! Meong.. sudah tak mengeong lagi, meong. Kau sudah, meong, berbicara seperti manusia, meong, biasa lagi, meong.”
Purbasari : “Benarkah? Duh Gusti memang benar
aku dapat berbicara lancar dan normal seperti manusia kembali. Ini memang air
ajaib. Tapi, bagaimana caranya aku menghilangkan bulu-bulu di sekujur tubuhku
ini?”
Kucing : “Meong... hmm... coba kau usapkan air itu pada bulu-bulu di sekujur,
meong, tubuhmu, meong.”
Purbasari : “Baiklah, akan kucoba.” (Purbasari
mengusapkan air itu pada tubuhnya)
(Perlahan-lahan
bulu di tubuh Purbasari menghilang. Purbasari terus mengusapkan air itu pada
tubuhnya hingga semua bulu-bulu coklat itu menghilang. Setelah semua bulunya
menghilang, air nya juga habis. Pas sekali.)
Purbasari : “Terimakasih Ya Tuhan! Aku tak
meragukan pertolonganmu. Terimakasih juga Kucing, kau sudah setia menemaniku.
Aku senang sekali.”
Kucing : “Kembali kasih, meong, Tuan Putri. Meong, hamba ikut senang, meong,
apabila Tuan Putri senang. Meong.”
Purbasari : “Baguslah. Oh iya, mengapa kau tak
mencoba bersemedi juga? Mungkin dengan air itu kau juga bisa menjadi manusia
biasa?”
Kucing : “Ah, meong, itu tidak mungkin, meong,
Tuan Putri. Biarlah hamba tetap seperti ini, meong.”
Purbasari : “Tak ada yang tak mungkin, Kucing.
Cobalah. Oh ya, aku harus segera kembali ke istana. Sekali lagi, terima kasih
banyak.”
(Purbasari pun berlari ke Istana)
∞
Setelah sampai di Istana, Purbararang terkejut atas
kedatangan Purbasari. Ia tak menyangka Purbasari akan kembali normal lagi.
Bahkan jauh lebih cantik dari sebelumnya.
Prabu : “Putriku yang tercinta!
Terimakasih Tuhan, Kau telah mengembalikan Putriku.” (Sang Prabu memeluk
Purbasari)
Indrajaya : “Kau bahkan jauh lebih cantik dari
sebelumnya, Purbasari.” (sambil menyentuh dagu Purbasari)
Purbasari : “Hih, kau ini genit sekali!”
Purbararang : (wajah cemberut) “Kita buktikan siapa yang
paling cantik. Prajuriiiit! Suruh semua rakyat berkumpul di halama istana
sekarang juga.”
Prajurit : “Baik tuan putri.”
∞
Beberapa saat kemudian, seluruh rakyat telah
berkumpul di halaman istana. Lalu purbararang berkata dengan lantangnya.
Purbararang : “Wahai
Para rakyat kerajaan, siapakah yang paling cantik di antara aku dan Purbasari?”
Rakyat : (menjawab dengan serentak)
“Putri Purbasari!!!”
Purbararang : “Hih,
kalian yakin? Coba aku tanya sekali lagi. Siapa yang paling cantik, aku atau
Purbasari?!”
Rakyat : (menjawab
lebih kencang) “PUTRI PURBASARI!”
Purbararang : “Huh.... Baiklah, Purbasari aku ada 1
pertandingan lagi.”
Purbasari : “Apa itu Kakanda ?”
Purbararang : “Dalam pertandingan ini Para Rakyat harus
membandingkan siapa diantara calon suami yang paling tampan. Calon suamiku
adalah Indrajaya yang Gagah dan Tampan. Siapakah Calon suamimu,Purbasari ?”
Indrajaya : Siapa lagi kalau bukan si Kucing
Besar yang buruk rupa itu!
Purbasari : “Dia tidak buruk rupa! Oh, kuharap
dia di sini.”
(Lalu ada seorang
pria rupawan dan gagah datang menghampiri tuan putri.)
Guruminda : “Aku di sini, wahai putri cantik
jelita. Aku Guruminda, kucing yang menemanimu selama di hutan.”
Purbasari :
“Oh, Guruminda. Terimakasih telah datang. Benar bukan> tak ada yang tak
mungkin. Sekarang aku nyatakan, Guruminda inilah calon suamiku!”
Guruminda : Ratu kalian yang sebenarnya,Purbasari.
Telah mengatakan bahwa saya sudah Seharusnya menjadi Calon suaminya. Sebagai
calon suaminya saya harus melindungi nya. Indrajaya kau sebagai tunangan
Purbararang. Dan aku tahu, sebenarnya Purbarang dan Indrajaya lah yang menaburkan
suatu serbuk ke Purbasari yang membuat Purbasari berubah menjadi makhluk
seperti kucing.”
Prabu : “BENARKAH ITU?” (Prabu melotot pada Indrajaya dan
Purbararang.)
Purbararang : “Iya, Ayahanda. Maafkan Ananda. Jangan
hukum kami.”
Prabu : “Aku tak akan menghukum
kalian, biarkanlah Tuhan yang menghukum kalian!”
(Tiba-tiba ada
suara petir menggelegar. Langit menjadi sangat gelap sehingga tak terlihat
apa-apa lagi.)
Purbasari : “Duh Gusti, ada apa ini?”
Guruminda : “Tenang Purbasari, kau jangan takut.
Ada aku di sini melindungimu.”
(tak berapa lama
kemudian langit menjadi cerah.)
Prabu : “Loh? Mana Purbararang dan
Indrajaya?”
“Meong.. meong... meong...”
(Lalu semua orang melihat ke bawah.)
Ternyata
yang di bawah itu ada dua ekor kucing hitam yang sangat kotor, kurus, dan buruk
rupa. Kucing-kucing itu terus mengeong.
Guruminda :
“Nah kedua kucing itu pasti Indrajaya dan Purbararang.”
Purbasari :
“Gusti, kasihan sekali kakakku menjadi kucing seperti itu.”
Prabu :
“Tak perlu dikasihani, mereka memang pantas mendapat hukuman dari Tuhan. Jijik
sekali melihatnya. Prajurit! Buang jauh-jauh kedua kucing ini, merusak
pemandangan saja di istanaku.” (Kemudian prajurit memasukkan kedua kucing itu
ke dalam karung dan membuangnya ke hutan yang sangat jauh)
Istana
Sang Prabu kini terbebas dari orang-orang jahat. Sang Prabu telah resmi
memberikan tahtanya pada Purbasari. Purbasari menikah dengan Guruminda. Sehingga
Guruminda menjadi Raja, dan Purbasari menjadi Ratu. Kerajaannya sangat tentram
dan makmur dipimpin oleh pasangan itu. Semuanya sangat bahagia.
-TAMAT-