Juni 13, 2014

Naskah Drama: Kucing Kasarung (Diadaptasi dari cerita Rakyat "Lutung Kasarung")

Karya: Devy Oktavia
◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊
P
ada zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja yang adil dan bijaksana juga rupawan yang bernama Prabu Tapa Agung. Ia memiliki 2 orang Putri bernama Purbasari dan Purbararang. Suatu Hari sang Prabu merasa risau karena sampai saat ini belum menemukan pewaris tahta yang tepat untuk menggantikannya.
Sang Prabu pun berpikir untuk memanggil kedua putri cantiknya.
Prabu             : “Putri-putriku.... Purbasari... Purbararang.... ayo kesini!” (Panggilnya dengan suara yang lantang)
Purbasari & Purbararang : “Hormat kami Ayahanda!” (mereka datang dengan anggunnya lalu betekuk lutut di depan Sang Prabu)
Prabu          : “Bangunlah wahai putri-putriku, (Purbasari dan Purbararang pun berdiri) hari ini      Ayahanda akan menentukan siapa yang akan menjadi pewaris tahta kerajaan ini.”
Purbararang    : “Wah, siapa ayah? Cepat katakan. Hmmm pasti aku. Karena aku anak pertama Ayah.”
Prabu                   : “Hih, kau ini terlalu percaya diri. Yang lebih pantas yaitu Purbasari!”
(Purbararang terkejut dan kecewa)
Purbasari           : “Mohon ampun Ayahanda, apakah tidak sebaiknya yang mewarisi Tahta Kerajaan adalah Kakanda Purbararang, karena Ananada yakin ia lebih baik dari Ananda.” (dengan mimik memelas)

Indrajaya           : “Mohon ampun Gusti Prabu! Benar yang dikatakan Purbasari, Prabu. Bahwa Purbararang yang jauh lebih pantas mewarisi Tahta Kerajaan dibandingkan Purbasari.”
Prabu                   : “Tidak, Purbasari lah yang lebih pantas! Ayah percaya Purbasari bisa menjadi Teladan untuk Rakyat di sini. Aku tidak sembarangan membuat keputusan ini, aku telah memikirkannya dengan matang. Purbararang apakah kamu keberatan jika Purbasari yang menjadi Ratu?”
Purbararang : “Tentu tidak Ayahanda, walaupun sebenarnya Ananda ingin menjadi ratu di istana ini, Tetapi jika Ayahanda telah memutuskan bahwa Purbasari yang menjadi Ratu, Ananda akan terima.”
Prabu                   : “Baiklah mulai sekarang Purbasari telah menjadi Ratu di kerajaan ini.”
Prabu                   : “Baiklah sekarang pergilah kalian untuk beristirahat, Purbararang terima kasih telah menerima keputusan Ayahanda.”
Purbararang: “Iya Ayahanda.” (berbalik dari hadapan Sang prabu dengan muka kesal)
Semua anggota keluarga bubar dari tempat tadi. Kini mereka memasuki kamar masing-masing. Purbararang masuk ke kamarnya dan menutup pintu dengan kencang. Ia mondar-mandir di samping kamarnya.
Indrajaya           : “Kau mengapa mondar-mandir terus? Tidak pusing? Aku saja melihatnya pusing.”
Purbararang : “Diam kau. Aku sedang berpikir keras untuk mencari cara bagaimana menyingkirkan Purbasari.”
Indrajaya           : “Kau tak usah khawatir. Aku punya sebotol serbuk yang dapat menjadikan Purbasari buruk rupa.”
Purbararang : “Kau pintar sekali sayangku. Jika dia buruk rupa dan menjijikan, pasi dia di usir dari sini. Hahahahaha!”
Pada malam harinya, ketika Purbasari sedang tidur pulas di kamarnya. Indra jaya dan Purbararang masuk ke dalam kamar Purbasari secara diam-diam.
Purbararang    : “Cepatlah sedikit Kanda, taburkan semua serbuk itu pada seluruh bagian tubuh Purbasari sialan ini!”
Indrajaya           : “Siaaaap!” (Menaburkannya dengan hati-hati)
Purbararang    : “Aduh menaburkannya saja lama sekali. Berikan padaku!”
(Indrajaya pun memberikan serbuk itu pada Purbararang. Kini, Purbararang yang menaburkan serbuk itu)
Purbararang    : (sambil menaburkan serbuk pada tubuh Purbasari) “Hahaahaha rasakan kau Purbasari! Kau akan menjadi buruk rupa dan aku akan menjadi yang paling cantik. Lalu kau akan di usir dari istana ini sehingga otomatis aku lah yang menggantikan Ayahanda.”
(Serbuk sudah habis tertaburi pada tubuh Purbasari. Purbararang dan Indrajaya pun keluar kamar Purbasari dengan sangat pelan-pelan)
Keesokan harinya, Purbasari terbangun oleh senandung kicau burung indah dari luar jendelanya. Ia pun berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka. Pada saat ia melihat dirinya di dalam cermin.....
Purbasari           : “Ya Ampun!!!! Mengapa wajahku dan seluruh tubuhku dipenuhi bulu-bulu berwarna coklat seperti ini? Meong.” (Purbasari menutup mulutnya dengan kedua tangannya.)
Purbasari           : “Kenapa tiba-tiba aku mengeluarkan suara kucing. Meong. Ups! Meong, meong, meong. Duh Gusti mengapa, meong, aku, meong, tak bisa, meong, berhenti, meong, mengeong. Meong, meong, meong.”
(Purbasari pun berlari menemui Ayahnya.)
Purbasari           : “Ayaaaaaah! Meong... meong.... meong.....”
Prabu                                   : (terperanjat dari tempat duduknya) “Gusti! Siapa dirimu ini?”
Purbasari           : “Ini putrimu, Ayah. Meong... Purbasari. Meong...”
(Sang Prabu menghampiri Purbasari sambil mengusap bulu-bulu di wajah Purbasari)
(Sang Prabi menatap mata Purbasari.)
Prabu                                   : “Kau, memang benar putriku. Tapi, mengapa kau bisa seperti ini?”
(Tiba-tiba Purbararang dan Indrajaya datang)
Purbararang : “Sudah jelas, Ayah. Ini pasti kutukan dari Tuhan atas perbuatannya. Ia telah menodai kesucian istana kita. Kita tidak boleh membiarkannya tinggal di sini karena akan membuat malu kerajaan kita. Dan yang pasti, kerajaan kita tidak mungkin dipimpin oleh siluman ini.” (melirik sinis pada Purbasari kemudian mendorongnya dengan jijik)
Indrajaya           : “Betul apa yang dikatakan oleh Purbararang, Prabu. Purbasari tak pantas tinggal di sini lagi. Dan bagaimana kalau kutukan itu bisa menular?”
 (Prabu pun terdiam untuk berpikir kemudian mentapa Purbasari dengan sedihnya)
Prabu                   : “Benar juga. Maafkan Ayahanda, Purbasari. Ayah tak tahu harus bagaimana lagi. Demi kebaikan kita semua, kau akan diasingkan sementara di hutan.”
Purbasari           : “Tidak apa Ayahanda, meong. Ananda sadar, meong,  jika tetap di sini, meong tak akan baik. meong... Ananda ikhlas, meong, bila ananda, meong, di asingkan ke hutan. Meong...“
(Purbararang tersenyum sinis)
Purbasari pun di asingkan ke Hutan, di tengah Hutan Purbasari bertemu dengan Seekor Kucing Jantan.
Kucing : “Kalau boleh tahu, meong, apa yang terjadi, meong,  dengan tubuhTuan Puteri?”
Purbasari : “Meong... Aku juga tak tahu Kucing. Meong... Ini tiba-tiba terjadi, meong, di suatu pagi, meong,  ketika aku terbangun dari tidurku, meong.”
Kucing                : “Aneh sekali, meong... Pasti ini sebuah, meong, sihir, meong. Cobalah, meong, tuan Putri bersemedi dan berdoa kepada Tuhan untuk menjadi, meong, normal kembali, meong. Selama, meong, kau, meong bersemedi, meong. Aku akan, meong, menemani kau di sini, meong.”
Purbasari           : “meong, baiklah, aku akan, meong, mengikuti apa yang kau katakan, meong. Semoga saja berhasil, meong.”
(purbasari pun duduk sila dan mulai bersemedi)
                Tak terasa sudah tujuh hari Purbasari bersemedi. Ia terus bersemedi tanpa lelah, ia yakin keajaiban akan datang padanya. Si Kucing Jantan pun masih setia menemani Purbasari bersemedi. Ia terus menjaga Purbasari dari Bahaya. Tiba-tiba di depan Purbasari ada air mengalir. Si Kucing Jantan memeriksa dan menciumi air tersebut.
Kucing                : “Meong, air apa ini? Meong... aromanya, meong, saaaaaangat wangi. Tak pernah, meong, aku mencium air sewangi ini, meong. Ini pasti, meong, air keajaiban. Purbasari, meong... meong... meong... sadarlah. Lihat air yang ada di depanmu ini.”
(Purbasari pun tersadar dan membuka matanya)
Purbasari           : “Ada apa, Kucing? Meong...”
Kucing                : “Aku yakin ini air ajaib dari Tuhan untukmu. Meong. Cobalah, meong, kau minum, meong...”
Purbasari           : (tersenyum lebar) “Meong, semoga saja benar, meong.”
(Purbasari pun meminum air itu)
(Purbasari dan Kucing diam, menunggu ada yang berubah. Tapi tak ada yang berubah. Purbasari masih dipenuhi bulu-bulu coklat di sekujur tubuhnya.)
Purbasari           : “Mana? Tak ada perubahan. Tubuhku masih dipenuhi bulu-bulu coklat ini. Aku sudah bersemedi selama tujuh hari tapi tak menghasilkan apa-apa. Tuhan, apakah kau tak ingin menolongku? Apakah aku akan selamanya seperti ini? Apak....”
Kucing                : “Tunggu Tuan Putri, meong. Sepertinya, meong, ada yang berubah, meong, darimu. Meong... caramu bicara! Meong.. sudah tak mengeong lagi, meong. Kau sudah, meong, berbicara seperti manusia, meong, biasa lagi, meong.”
Purbasari           : “Benarkah? Duh Gusti memang benar aku dapat berbicara lancar dan normal seperti manusia kembali. Ini memang air ajaib. Tapi, bagaimana caranya aku menghilangkan bulu-bulu di sekujur tubuhku ini?”
Kucing                : “Meong... hmm... coba kau usapkan air itu pada bulu-bulu di sekujur, meong, tubuhmu, meong.”
Purbasari           : “Baiklah, akan kucoba.” (Purbasari mengusapkan air itu pada tubuhnya)
(Perlahan-lahan bulu di tubuh Purbasari menghilang. Purbasari terus mengusapkan air itu pada tubuhnya hingga semua bulu-bulu coklat itu menghilang. Setelah semua bulunya menghilang, air nya juga habis. Pas sekali.)
Purbasari           : “Terimakasih Ya Tuhan! Aku tak meragukan pertolonganmu. Terimakasih juga Kucing, kau sudah setia menemaniku. Aku senang sekali.”
Kucing                : “Kembali kasih, meong, Tuan Putri. Meong, hamba ikut senang, meong, apabila Tuan Putri senang. Meong.”
Purbasari           : “Baguslah. Oh iya, mengapa kau tak mencoba bersemedi juga? Mungkin dengan air itu kau juga bisa menjadi manusia biasa?”
Kucing                : “Ah, meong, itu tidak mungkin, meong, Tuan Putri. Biarlah hamba tetap seperti ini, meong.”
Purbasari           : “Tak ada yang tak mungkin, Kucing. Cobalah. Oh ya, aku harus segera kembali ke istana. Sekali lagi, terima kasih banyak.”
(Purbasari pun berlari ke Istana)
Setelah sampai di Istana, Purbararang terkejut atas kedatangan Purbasari. Ia tak menyangka Purbasari akan kembali normal lagi. Bahkan jauh lebih cantik dari sebelumnya.
Prabu                   : “Putriku yang tercinta! Terimakasih Tuhan, Kau telah mengembalikan Putriku.” (Sang Prabu memeluk Purbasari)
Indrajaya           : “Kau bahkan jauh lebih cantik dari sebelumnya, Purbasari.” (sambil menyentuh dagu Purbasari)
Purbasari           : “Hih, kau ini genit sekali!”
Purbararang    : (wajah cemberut) “Kita buktikan siapa yang paling cantik. Prajuriiiit! Suruh semua rakyat berkumpul di halama istana sekarang juga.”
Prajurit               : “Baik tuan putri.”
Beberapa saat kemudian, seluruh rakyat telah berkumpul di halaman istana. Lalu purbararang berkata dengan lantangnya.
Purbararang : “Wahai Para rakyat kerajaan, siapakah yang paling cantik di antara aku dan Purbasari?”
Rakyat                : (menjawab dengan serentak) “Putri Purbasari!!!”
Purbararang : “Hih, kalian yakin? Coba aku tanya sekali lagi. Siapa yang paling cantik, aku atau Purbasari?!”
Rakyat                                : (menjawab lebih kencang) “PUTRI PURBASARI!”
Purbararang    : “Huh.... Baiklah, Purbasari aku ada 1 pertandingan lagi.”
Purbasari           : “Apa itu Kakanda ?”
Purbararang    : “Dalam pertandingan ini Para Rakyat harus membandingkan siapa diantara calon suami yang paling tampan. Calon suamiku adalah Indrajaya yang Gagah dan Tampan. Siapakah Calon suamimu,Purbasari ?”
Indrajaya           : Siapa lagi kalau bukan si Kucing Besar yang buruk rupa itu!
Purbasari           : “Dia tidak buruk rupa! Oh, kuharap dia di sini.”
(Lalu ada seorang pria rupawan dan gagah datang menghampiri tuan putri.)
Guruminda       : “Aku di sini, wahai putri cantik jelita. Aku Guruminda, kucing yang menemanimu selama di hutan.”
Purbasari           : “Oh, Guruminda. Terimakasih telah datang. Benar bukan> tak ada yang tak mungkin. Sekarang aku nyatakan, Guruminda inilah calon suamiku!”
Guruminda       : Ratu kalian yang sebenarnya,Purbasari. Telah mengatakan bahwa saya sudah Seharusnya menjadi Calon suaminya. Sebagai calon suaminya saya harus melindungi nya. Indrajaya kau sebagai tunangan Purbararang. Dan aku tahu, sebenarnya Purbarang dan Indrajaya lah yang menaburkan suatu serbuk ke Purbasari yang membuat Purbasari berubah menjadi makhluk seperti kucing.”
Prabu                   : “BENARKAH ITU?”  (Prabu melotot pada Indrajaya dan Purbararang.)
Purbararang    : “Iya, Ayahanda. Maafkan Ananda. Jangan hukum kami.”
Prabu                   : “Aku tak akan menghukum kalian, biarkanlah Tuhan yang menghukum kalian!”
(Tiba-tiba ada suara petir menggelegar. Langit menjadi sangat gelap sehingga tak terlihat apa-apa lagi.)
Purbasari           : “Duh Gusti, ada apa ini?”
Guruminda       : “Tenang Purbasari, kau jangan takut. Ada aku di sini melindungimu.”
(tak berapa lama kemudian langit menjadi cerah.)
Prabu                   : “Loh? Mana Purbararang dan Indrajaya?”
Meong.. meong... meong...”
(Lalu semua orang melihat ke bawah.)
Ternyata yang di bawah itu ada dua ekor kucing hitam yang sangat kotor, kurus, dan buruk rupa. Kucing-kucing itu terus mengeong.
Guruminda       : “Nah kedua kucing itu pasti Indrajaya dan Purbararang.”
Purbasari           : “Gusti, kasihan sekali kakakku menjadi kucing seperti itu.”
Prabu                   : “Tak perlu dikasihani, mereka memang pantas mendapat hukuman dari Tuhan. Jijik sekali melihatnya. Prajurit! Buang jauh-jauh kedua kucing ini, merusak pemandangan saja di istanaku.” (Kemudian prajurit memasukkan kedua kucing itu ke dalam karung dan membuangnya ke hutan yang sangat jauh)
Istana Sang Prabu kini terbebas dari orang-orang jahat. Sang Prabu telah resmi memberikan tahtanya pada Purbasari. Purbasari menikah dengan Guruminda. Sehingga Guruminda menjadi Raja, dan Purbasari menjadi Ratu. Kerajaannya sangat tentram dan makmur dipimpin oleh pasangan itu. Semuanya sangat bahagia.



-TAMAT-