November 18, 2014

Deskripsi dan Identitas Lukisan Melankoli



1.      Judul Lukisan
Melancholy” 1894

2.      Identitas Pelukis
Description: Edvard_Munch_1921.jpgNama              : Edvard Munch 
Kebangsaan     : Norwegia
Lahir                : Ã…dalsbruk, Loten, 12 Desember 1863
Meninggal       : Ekely,23 Januari 1944
Profesi             :  Pelukis dan pencetak (printmaker)
Aliran              : Ekspresionisme 


3.      Ukuran Lukisan
81 x 100.5 cm

4.      Deskripsi Aliran
Ekspresionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional. Dapat berarti mengutamakan curahan batin secara bebas. Ciri-ciri aliran ini antara lain berkesan menghindar dari bentuk-bentuk serba teratur dan manis, garis kontur lebih liar, terkadang mengindahkan bentuk yang semestinya, dan sumber gagasan dari dirinya sendiri.

5.      Deskripsi Lukisan
Lukisan ini merupakan lukisan menggunakan cat minyak di atas kanvas. Edvard Munch mendapat inspirasi dari pengalaman buruk mengenai cinta yang dialami temannya, Jape Nilssen. Munch melukis sosok pria yang melankolis yang suasana hatinya sedang risau, suasana hatinya diwakili oleh garis pantai bergelombang dan langit di atasnya yang memperpanjang ke arah kiri. Pemandangan dalam lukisan itu merupakan pantai Asgardstrand di mana Munch menghabiskan musim panasnya pada tahun 1889.dalam lukisan ini, sepertinya Munch mencoba menyampaikan bahwa pada dasarnya hidup itu telah melewatimu, seperti setiap saat yang menjadi kenangan, orang-orang datang dan pergi, sementara jarum jam terus berdeetak pada setiap detik dalam hidupmu. Ini hanya dapat dirasakan oleh mereka yang cukup sensitif untuk merasakan sedih dan melankolik tentang arti lukisan ini.


Deskripsi dan Identitas Lukisan “A Sunday Afternoon On The Island Of La Grande Jatte”



1.      Judul Lukisan
“A Sunday Afternoon On The Island Of La Grande Jatte” 1884–1886

2.      Identitas Pelukis
Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/76/Georges_Seurat_1888.jpgNama                   : Georges Seurat 
Lahir                     : Paris, 2 Desember 1859
Meninggal             : Paris, 29 Maret1891
Profesi                  : Pelukis Pointillism






3.      Ukuran Lukisan
2.08 m x 3.1 m

4.      Deskripsi Aliran
Aliran lukisan ini adalah Post Impresoinisme. Seurat melukis menggunakan teknik pointillisme, ia menciptakan komposisi besar dengan kecil, yang memisahkan warna murni dari yang terkecil secara bertahap hingga membentuk kontras warna yang indah dan tampak bersinar. Dilakukan dengan sapuan totolan kwas yang warna-warni. Ciri-ciri lukisan post impresoinisme adalah; kesan lukisan kekabur-kaburan, tidak memperlihatkan kontur yang jelas, dan kumpulan warna yang dipadu membentuk subjek lukisan.

5.      Deskripsi Lukisan
Georges Seurat menghabiskan lebih dari dua tahun untuk melukis lukisan ini. Ia fokus pada pemandangan taman itu dengan sangat teliti. Taman itu terdapat di Pulau La Grande Jatte, Paris. Seurat duduk di taman itu berlama-lama sambil melukis, terus-menerus hingga lukisan itu sempurna.

Juni 21, 2014

Cerita Pendek (cerpen) "Tak Pakai Logika"

Tak Pakai Logika
 Karya: Devy Oktavia

R
ay dan Cika. Tak terhitung berapa lama waktu yang telah mereka habiskan berdua. Sepasang kekasih yang banyak orang iri pada mereka. Mereka selalu terlihat bahagia berdua, tak pernah terlihat saling bertengkar sekalipun. Tapi begitulah pandangan orang-orang, hanya melihat dari satu sisi. Tak pernah tahu sisi yang lainnya.
“Jadi kapan kau akan memutuskan hubungan dengan Ray itu, sayang?” Tanya seorang lelaki yang kini duduk disamping Cika.
“Tenang sayang, belum waktunya.” Jawab Cika datar.
“Dari dulu kau bilang seperti itu. Memang waktunya itu kapan? Apa susahnya memutuskan lelaki seperti itu. Atau jangan-jangan kau hanya mempermainkan aku? Lagipula aku lelah menjalani hubungan yang sembunyi-sembunyi ini. Berkomunikasi saja susah. Tempat kita berdua juga tidak enak. Masa pacaran di belakang kantor gini? Kau bilang kau sangat mencintaiku, tapi untuk meninggalkan Ray saja susah. Itu namanya bukan cinta.” Vino semakin emosi.

Cerita Pendek (Cerpen) "Indahnya Cinta Suci"

Indahnya Cinta Suci
 Karya: Devy Oktavia

“K
au harus sadar. Aku ini perempuan biasa. Tak cantik. Tak punya apa-apa. masih banyak perempuan yang jauh lebih cantik dariku di luar sana dan banyak yang menyukaimu. Lantas, mengapa aku?” Ucap Dara sambil menatap heran Kamal.
“Aku tak peduli, Ra. Bagiku, kau lah yang paling cantik. Tapi bukan karena itu aku menyukaimu. Bukan keinginanku. Ini keinginan hatiku. Dari hati yang paling dalam. Tak bisa kah kau merasakan besarnya cintaku padamu?” Jelas Kamal.
“Mungkin yang kau rasakan itu bukan cinta, itu hanya rasa kagum sesaat. Sadarlah, dari pada kau salah pilih.” Dara memalingkan wajahnya dari kamal.
“Lihat aku, Ra. Aku harus membuktikan dengan cara apalagi agar kau tahu seberapa besar cintaku padamu. Aku sudah memantapkan hatiku, aku sudah sangat yakin aku tidak akan salah pilih.”
“Baiklah, aku tahu kau cinta padaku dengan semua perlakuan baikmu padaku. Tapi kau ini buang-buang tenaga saja, kau tahu tidak? Selama ini aku hanya bisa merepotkanmu dan tak pernah melakukan apa-apa untuk membuatmu bahagia.”

Naskah Drama "Kau Hadir Kembali"

Naskah Drama
Kau Hadir Kembali
Penulis            : Devy Oktavia

        Ramainya kota Adelaide saat musim panas menarik hati Silvi untuk menginjakkan kakinya di kota itu. Ditemani sepupunya yang bernama Meli, ia pun bersenang-senang di kota yang menjadi bagian dari Negara Australia itu. Kebahagiaan selalu ia rasakan tatkala berjalan menelusuri tempat-tempat di Adelaide yang kebanyakan dihinggapi para remaja.
Silvi      : “Wah seru ya di sini, aku jadi betah.”
Meli     : “Iya, benar sekali! Eh, Vi, lihat ke arah sana!” (Meli menunjuk ke sesosok   lelaki yang ada di arah jam 12)
Silvi      : “Memangnya dia siapa, Mel?”
Meli     : “Ha? Kau tidak ingat? Aku panggil dulu. Revan, sini!” (Meli berteriak memanggil Revan)
(Revan pun menghampiri Silvi dan Meli)
Revan   : “Hey Meli, apa kabar?” (Sambil bersalaman dengan Meli)
Meli     : “Baik. Wah kau kelihatannya baik sekali.”
Revan   : “Iya nih, Alhamdulillah. Eh ada Silvi juga. Apa kabar Silvi?” (Revan mengulurkan tangannya kepada Silvi sembari tersenyum manis. Silvi pun membalasnya)
Silvi      : “Baik.” (Silvi tersenyum tipis)
Meli     : “Sepertinya Silvi tidak mengingatmu, Van.”
Silvi      : (Berbisik pada Meli)  “Aku benar-benar tidak tahu siapa dia.”
Meli     : “Ah kau ini. Silahkan kalian bernostalgia berdua saja. Aku ke kedai kopi diseberang jalan itu dulu ya. Daaah!” (Meli pun pergi begitu saja)
Silvi      : “Meli jangan tinggalkan aku!” (Meli sudah terlanjur pergi. Keadaan di antara Silvi dan Revan menjadi canggung)
Silvi      : “Maaf, sebenarnya kau ini siapa?”
Revan   : “Aku Revan. Masa kau tak ingat? Dulu kau suka memanggillku Panpan.”
(Silvi terdiam. Ia berussaha menggali ingatannya yang berhubungan dengan Panpan.)

Juni 20, 2014

Satu Tahun Telah Terlewatkan

Kemarin, tanggal 20 Juni 2014 kita udah bagi rapot. Alhamdulillah 12 anak kelas XI-BHS naik kelas semua. Ya dengan perjuangan keras buat naik kelas. Dalam satu tahun ini banyak sekali hal yang telah kita lewati bersama. Tentu saja tidak semua hal yang baik, tidak sedikit juga hal yang buruk, menyakitkan, bahkan memalukan. Nah kali ini aku mau berbagi cerita tentang semua hal yang kita alami selama kelas XI. Aku akan menceritakan segara garis besarnya saja dan disertai beberapa foto yang mendukung. Aku akan menceritakan setiap momen dengan detail di post berikutnya. Ini dia~

Juni 13, 2014

Naskah Drama: Kucing Kasarung (Diadaptasi dari cerita Rakyat "Lutung Kasarung")

Karya: Devy Oktavia
◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊◊
P
ada zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja yang adil dan bijaksana juga rupawan yang bernama Prabu Tapa Agung. Ia memiliki 2 orang Putri bernama Purbasari dan Purbararang. Suatu Hari sang Prabu merasa risau karena sampai saat ini belum menemukan pewaris tahta yang tepat untuk menggantikannya.
Sang Prabu pun berpikir untuk memanggil kedua putri cantiknya.
Prabu             : “Putri-putriku.... Purbasari... Purbararang.... ayo kesini!” (Panggilnya dengan suara yang lantang)
Purbasari & Purbararang : “Hormat kami Ayahanda!” (mereka datang dengan anggunnya lalu betekuk lutut di depan Sang Prabu)
Prabu          : “Bangunlah wahai putri-putriku, (Purbasari dan Purbararang pun berdiri) hari ini      Ayahanda akan menentukan siapa yang akan menjadi pewaris tahta kerajaan ini.”
Purbararang    : “Wah, siapa ayah? Cepat katakan. Hmmm pasti aku. Karena aku anak pertama Ayah.”
Prabu                   : “Hih, kau ini terlalu percaya diri. Yang lebih pantas yaitu Purbasari!”
(Purbararang terkejut dan kecewa)
Purbasari           : “Mohon ampun Ayahanda, apakah tidak sebaiknya yang mewarisi Tahta Kerajaan adalah Kakanda Purbararang, karena Ananada yakin ia lebih baik dari Ananda.” (dengan mimik memelas)

Februari 15, 2014

Cerpen "Kebahagiaan Sederhana dan Sesaat"

Karya: Devy Oktavia 21/09/2013

I
tu kau. Jarak di antara kita saat ini hanyalah 1 meter. Hanya beberapa langkah lagi kita akan berada pada titik yang sama. Apa yang harus aku lakukan saat sejajar denganmu? Haruskah aku menatap matamu kemudian tersenyum?  Haruskah aku membuang muka? Satu... dua.. tiga langkah kau dari utara dan aku dari selatan. Akhirnya kita berpapasan. Kau melewatiku seketika. Tanpa kata. Tanpa senyuman. Tanpa menatapku. Kau bersikap seolah tidak melihatku, padahal aku yakin kau menyadari keberadaanku. Kita berdua bagaikan dua manusia yang sama sekali tidak pernah mengenal satu sama lain. Bahkan tidak pernah menganggap ada. Padahal tadi itu jarak kita begitu dekat. Bahkan helaian baju bagian tangan sebelah kananmu menyentuh helaian baju bagian tangan sebelah kiriku. Mungkin bagimu aku hanya angin yang sesaat bersama dengan debu.