Indahnya Cinta Suci
Karya: Devy Oktavia
“K
|
au harus sadar. Aku ini perempuan biasa. Tak cantik. Tak punya apa-apa.
masih banyak perempuan yang jauh lebih cantik dariku di luar sana dan banyak
yang menyukaimu. Lantas, mengapa aku?” Ucap Dara sambil menatap heran Kamal.
“Aku tak peduli, Ra. Bagiku, kau lah yang paling
cantik. Tapi bukan karena itu aku menyukaimu. Bukan keinginanku. Ini keinginan
hatiku. Dari hati yang paling dalam. Tak bisa kah kau merasakan besarnya
cintaku padamu?” Jelas Kamal.
“Mungkin yang kau rasakan itu bukan cinta, itu hanya
rasa kagum sesaat. Sadarlah, dari pada kau salah pilih.” Dara memalingkan
wajahnya dari kamal.
“Lihat aku, Ra. Aku harus membuktikan dengan cara
apalagi agar kau tahu seberapa besar cintaku padamu. Aku sudah memantapkan
hatiku, aku sudah sangat yakin aku tidak akan salah pilih.”
“Baiklah, aku tahu kau cinta padaku dengan semua
perlakuan baikmu padaku. Tapi kau ini buang-buang tenaga saja, kau tahu tidak?
Selama ini aku hanya bisa merepotkanmu dan tak pernah melakukan apa-apa untuk
membuatmu bahagia.”
“Siapa bilang? Kaulah sumber utama kebahagiaanku. Aku
tak pernah merasa kerepotan atas segala yang telah aku lakukan padamu. Aku
melakukan semua itu semata-mata untuk membahagiakan dirimu. Melihat kau
bahagia, itu sudah lebih dari cukup membuatku bahagia juga. Kau tak perlu
melakukan apa-apa untukku. Kehadiranmu disampingku sudah membuatku teramat
bahagia. Kau harus tahu itu.”
Dara tertegun mendengar ucapan Kamal yang amat
mendalam itu. Ia diam sejenak. Mengingat setiap waktu yang telah ia lewati
bersama Kamal. Melihat setiap hal yang dilakukan Kamal untuknya. Kamal telah
banyak berkorban untuk Dara. Kamal lah tempat paling indah untuk Dara. Dara
selalu merasa nyaman berada di samping Kamal. Berada di samping Kamal bagaikan
dilindungi oleh seorang tentara bagi Dara. Tak diragukan lagi, rasa kasih
sayang dan cinta yang besar telah dibuktikan oleh Kamal lewat perbuatannya
selama ini kepada Dara. Dara juga sangat mencintai Kamal.
“Aku tahu. Terimakasih atas semua itu. Tapi aku
benar-benar merasa tidak pantas bersamamu. Kau terlalu sempurna bagiku. Aku tak
pernah bisa melakukan apa-apa untukmu.” Ucap Dara yang kini disertai air mata.
“Jangan berbicara seperti itu, aku tidak menyukainya.
Dan tolong jangan membuang air matamu yang berharga itu. Kau tahu, hatiku
sangat hancur melihatmu menangis. Berhentilah menangis. Aku tak sanggup
melihatnya. Aku hanya ingin melihatmu bahagia. Tersenyumlah.” Kamal mengusap
air mata di pipi lembut Dara dengan jemari-jemarinya. Dara pun tersenyum.
“Nah, cantikmu begitu terpancar jika kau tersenyum.
Wajahmu yang tersenyum memancarakan cahaya suci. Izinkan aku membuatmu bahagia.
Tak akan lelah aku meminta ini darimu. Maukah kau menikah denganku, wahai
bidadari surgaku?” Kamal bertekuk lutut dihadapan dara sambil memegang tangan
kanan Dara. Ia menatap Dara dengan penuh harap.
Tanpa pikir panjang lagi, Dara menjawab.
“Tentu saja aku mau, malaikatku.” Dara meneteskan air
mata kebahagiaannya. Kamal langsung mencium tangan Dara lalu berdiri dan
memeluk tubuh Dara. Inilah hal yang sudah didambakan mereka berdua. Mensucikan
ikatan di antara mereka.
0 comment:
Posting Komentar