Juni 21, 2014

Cerita Pendek (Cerpen) "Indahnya Cinta Suci"

Indahnya Cinta Suci
 Karya: Devy Oktavia

“K
au harus sadar. Aku ini perempuan biasa. Tak cantik. Tak punya apa-apa. masih banyak perempuan yang jauh lebih cantik dariku di luar sana dan banyak yang menyukaimu. Lantas, mengapa aku?” Ucap Dara sambil menatap heran Kamal.
“Aku tak peduli, Ra. Bagiku, kau lah yang paling cantik. Tapi bukan karena itu aku menyukaimu. Bukan keinginanku. Ini keinginan hatiku. Dari hati yang paling dalam. Tak bisa kah kau merasakan besarnya cintaku padamu?” Jelas Kamal.
“Mungkin yang kau rasakan itu bukan cinta, itu hanya rasa kagum sesaat. Sadarlah, dari pada kau salah pilih.” Dara memalingkan wajahnya dari kamal.
“Lihat aku, Ra. Aku harus membuktikan dengan cara apalagi agar kau tahu seberapa besar cintaku padamu. Aku sudah memantapkan hatiku, aku sudah sangat yakin aku tidak akan salah pilih.”
“Baiklah, aku tahu kau cinta padaku dengan semua perlakuan baikmu padaku. Tapi kau ini buang-buang tenaga saja, kau tahu tidak? Selama ini aku hanya bisa merepotkanmu dan tak pernah melakukan apa-apa untuk membuatmu bahagia.”


“Siapa bilang? Kaulah sumber utama kebahagiaanku. Aku tak pernah merasa kerepotan atas segala yang telah aku lakukan padamu. Aku melakukan semua itu semata-mata untuk membahagiakan dirimu. Melihat kau bahagia, itu sudah lebih dari cukup membuatku bahagia juga. Kau tak perlu melakukan apa-apa untukku. Kehadiranmu disampingku sudah membuatku teramat bahagia. Kau harus tahu itu.”
Dara tertegun mendengar ucapan Kamal yang amat mendalam itu. Ia diam sejenak. Mengingat setiap waktu yang telah ia lewati bersama Kamal. Melihat setiap hal yang dilakukan Kamal untuknya. Kamal telah banyak berkorban untuk Dara. Kamal lah tempat paling indah untuk Dara. Dara selalu merasa nyaman berada di samping Kamal. Berada di samping Kamal bagaikan dilindungi oleh seorang tentara bagi Dara. Tak diragukan lagi, rasa kasih sayang dan cinta yang besar telah dibuktikan oleh Kamal lewat perbuatannya selama ini kepada Dara. Dara juga sangat mencintai Kamal.
“Aku tahu. Terimakasih atas semua itu. Tapi aku benar-benar merasa tidak pantas bersamamu. Kau terlalu sempurna bagiku. Aku tak pernah bisa melakukan apa-apa untukmu.” Ucap Dara yang kini disertai air mata.
“Jangan berbicara seperti itu, aku tidak menyukainya. Dan tolong jangan membuang air matamu yang berharga itu. Kau tahu, hatiku sangat hancur melihatmu menangis. Berhentilah menangis. Aku tak sanggup melihatnya. Aku hanya ingin melihatmu bahagia. Tersenyumlah.” Kamal mengusap air mata di pipi lembut Dara dengan jemari-jemarinya. Dara pun tersenyum.
“Nah, cantikmu begitu terpancar jika kau tersenyum. Wajahmu yang tersenyum memancarakan cahaya suci. Izinkan aku membuatmu bahagia. Tak akan lelah aku meminta ini darimu. Maukah kau menikah denganku, wahai bidadari surgaku?” Kamal bertekuk lutut dihadapan dara sambil memegang tangan kanan Dara. Ia menatap Dara dengan penuh harap.
Tanpa pikir panjang lagi, Dara menjawab.

“Tentu saja aku mau, malaikatku.” Dara meneteskan air mata kebahagiaannya. Kamal langsung mencium tangan Dara lalu berdiri dan memeluk tubuh Dara. Inilah hal yang sudah didambakan mereka berdua. Mensucikan ikatan di antara mereka.

0 comment:

Posting Komentar