sekali hidupku saat ini. Dan,
menyendiri. Itulah yang kuinginkan. Aku muak hadir dalam kerumunan orang-orang
yang tak sejalan denganku. Telingaku lelah mendengarkan celotehan tak penting
dari mulut-mulut mereka. Aku lebih suka menyematkan earphone pada kedua telingaku, memutar lagu kesukaanku dengan suara
semaksimal mungkin.
Ada sebuah tangan yang menepuk-nepuk
pundakku. Tak kuhiraukan. Tangan itu terus menepuk pundakku. Namun ku tetap
menikmati laguku. Hingga akhirnya tangan itu memberanikan untuk mencabut earphone dari telingaku. Aku terperanjat.
Kesal.
“Ganggu sekali kamu ini!” Teriakku
pada seorang gadis di hadapanku, si pemilik tangan tadi.
“Tak usah teriak begitu! Dari tadi asyik
sendiri saja. Tak menghiraukan KM yang dari tadi bicara di depan.” Balas gadis
itu, sinis.
“Aku tak peduli apapun yang dia
bicarakan.” Kataku sambil memasang kembali earphone
di telingaku. Dengan cepat gadis itu melepaskan benda yang tersemat di
telingaku itu secara paksa.
“Dimas! Tolong sekali ini saja
dengarkan dulu! Ini penting. Kau tahu kan Dewi sudah seminggu lebih tak masuk
sekolah? Ternyata dia dirawat di rumah sakit. Rencananya kita sekelas mau
menjenguk dia pulang sekolah nanti. Kamu mau ikut tidak?”
“Tidak!” Jawabku ketus. Aku langsung
ke luar kelas kemudian duduk di bangku depan kelas.
Dewi... memang dia telah tidak sekolah
selama satu minggu ini. Teman-teman sekelas tak ada yang tahu ke mana ia.
Sepertinya mereka baru mengetahuinya hari ini. Namun aku sudah mengetahuinya
dari awal. Tentu saja aku tahu.
Karena...